Zonaaktual.id, Makassar– Suasana mencekam menyelimuti Kota Makassar pada Jumat malam (29/8/2025) setelah gedung DPRD Kota Makassar dilalap si jago merah.
Kebakaran ini dipicu oleh aksi massa yang berujung ricuh hingga menyebabkan kerusakan parah, korban jiwa, dan korban luka-luka.
Aksi massa awalnya berlangsung di halaman kantor DPRD Kota Makassar, Jalan AP Pettarani.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Mereka datang dengan membawa kekecewaan terhadap sejumlah isu yang sedang bergulir, salah satunya terkait kenaikan tunjangan anggota DPRD serta kasus penabrakan pengemudi ojek online yang melibatkan pejabat.
Situasi yang awalnya terkendali mendadak berubah menjadi anarkis.
Massa melempari kendaraan yang terparkir, membakar sepeda motor, hingga memicu kobaran api besar.
Beberapa mobil dinas yang terparkir juga ikut terbakar. Amukan massa kemudian merembet ke gedung utama DPRD.
Api dengan cepat menjalar dari lantai dasar hingga ke lantai empat, membuat kepanikan di antara orang-orang yang masih berada di dalam gedung.
Saat peristiwa itu terjadi, rapat paripurna DPRD masih berlangsung.
Beberapa pejabat daerah termasuk anggota DPRD serta Wali Kota Makassar, Munafri “Appi” Arifuddin, langsung dievakuasi oleh aparat keamanan.
Namun, sejumlah pegawai dan staf DPRD tidak sempat keluar dari gedung tepat waktu.
Tim penyelamat gabungan yang terdiri dari BPBD, Damkar, Dinas Kesehatan, dan relawan SAR segera dikerahkan.
Evakuasi berlangsung dramatis karena api terus membesar, sementara beberapa pegawai terjebak di lantai atas.
Sebagian dari mereka terpaksa melompat dari lantai dua hingga lantai empat demi menyelamatkan diri.
Namun nahas, tiga orang dinyatakan meninggal dunia akibat insiden tersebut.
Mereka adalah Sarinawati (26), staf DPRD yang ditemukan dalam kondisi hangus terbakar; Syaiful (43), seorang kepala seksi kecamatan Ujung Tanah yang meninggal di rumah sakit akibat luka bakar; serta Abay, staf DPRD lain yang ditemukan dalam keadaan mengenaskan.
Selain korban jiwa, setidaknya lima orang mengalami luka serius.
Dua di antaranya adalah pegawai DPRD bernama Budi Haryati (30) yang kini koma di RS Primaya, serta Heriyanto (28) yang mengalami luka berat setelah melompat dari lantai empat.
Tiga korban lainnya mengalami luka sedang akibat terjatuh dan terkena lemparan batu.
Kesaksian warga di sekitar lokasi menyebut, suara ledakan terdengar bertubi-tubi saat api membakar kendaraan di halaman DPRD.
Situasi semakin mencekam ketika kobaran api menjalar ke bagian utama gedung dan pos polisi di sekitar lokasi.
Polisi dan TNI berusaha menghalau massa agar tidak semakin meluas.
Api baru bisa dijinakkan setelah beberapa jam upaya pemadaman dilakukan. Meski begitu, kondisi kantor DPRD Kota Makassar porak-poranda.
Bagian dalam gedung hangus terbakar, sementara kendaraan dinas dan fasilitas umum di sekitarnya juga tidak luput dari amukan massa.
Ironisnya, usai api berhasil dipadamkan, sejumlah warga justru melakukan penjarahan.
Beberapa barang-barang elektronik, mesin, hingga peralatan kantor raib dari lokasi.
Peristiwa ini menambah luka atas tragedi yang menimpa Kota Daeng tersebut.
Kerusuhan ini membuat arus lalu lintas di Jalan AP Pettarani dan sekitarnya lumpuh total.
Aparat gabungan terpaksa menutup akses jalan sementara untuk memastikan keamanan.
Sementara itu, warga yang masih penasaran memadati sekitar lokasi, meski diminta untuk menjauh dari area berbahaya.
Kepolisian telah menyatakan akan melakukan investigasi penuh atas insiden ini.
Kapolda Sulsel menegaskan pihaknya akan memburu para provokator yang menyebabkan kericuhan.
Aparat juga akan menelusuri adanya dugaan perusakan terencana dalam aksi massa tersebut.
Tragedi kebakaran kantor DPRD Kota Makassar ini menjadi catatan kelam dalam sejarah pemerintahan daerah.
Tiga nyawa melayang, sejumlah orang terluka, dan fasilitas negara hancur lebur akibat amarah massa yang tak terkendali.
Pemerintah Kota Makassar menyampaikan duka mendalam atas musibah ini.
Wali Kota Munafri Arifuddin berjanji memberikan santunan bagi keluarga korban serta memastikan penanganan medis terbaik untuk korban luka.
“Kita berduka, ini tragedi yang tidak seharusnya terjadi di rumah rakyat,” ujarnya.
Hingga kini, suasana Kota Makassar masih dijaga ketat aparat keamanan.
Kantor DPRD yang seharusnya menjadi simbol demokrasi kini hanya menyisakan puing-puing hitam.
Peristiwa ini menjadi pengingat bahwa aspirasi seharusnya disampaikan dengan damai, bukan dengan cara yang merenggut nyawa dan merusak fasilitas publik.







