Akibat PETI, Petani Duhiadaa Pohuwato Kehilangan Harapan: Sawah Rusak, Utang Menumpuk

- Wartawan

Kamis, 18 September 2025 - 00:49 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Foto : Sawah Mengering akibat PETI

Foto : Sawah Mengering akibat PETI

Zonaaktual.id, Pohuwato – Derita petani di Desa Duhiadaa, Kecamatan Duhiadaa, Kabupaten Pohuwato, semakin berat.

Mereka tidak hanya menghadapi gagal panen berulang kali, tetapi juga kini terhimpit utang yang kian menumpuk.

Sawah yang dulunya menjadi tumpuan hidup kini banyak terbengkalai tanpa bisa digarap.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Kondisi tersebut diperparah dengan rusaknya sumber air akibat aktivitas pertambangan tanpa izin (PETI).

Air irigasi yang biasanya mengalir jernih kini berubah keruh dan dipenuhi lumpur, membuat lahan pertanian tak lagi produktif.

Herman (48), seorang petani setempat, mengaku hampir putus asa menghadapi situasi ini.

Sawah yang biasanya mampu dipanen dua kali dalam setahun kini tidak lagi bisa ditanami.

Ia sudah berulang kali mencoba mencari modal tambahan, namun tak ada lagi pihak yang mau memberikan pinjaman.

“Sudah berapa kali saya coba pinjam modal, tapi tidak ada lagi yang mau kasih. Hutang lama saya saja belum bisa saya bayar. Pupuk pun tidak sanggup beli, apalagi ongkos olah tanah,” ungkap Herman dengan wajah murung.

Hutang yang menjerat Herman kini telah menumpuk hingga puluhan juta rupiah.

Pinjaman tersebut sebelumnya digunakan untuk membeli bibit dan pupuk.

Namun, alih-alih menghasilkan panen, sawahnya justru terus gagal ditanami akibat air irigasi yang sudah tidak layak digunakan.

“Kalau begini terus, saya takut anak-anak saya tidak bisa lagi sekolah. Untuk makan sehari-hari saja sudah susah. Sawah yang harusnya jadi harapan keluarga, sekarang cuma tinggal beban,” ujarnya lirih.

Herman berharap agar pemerintah tidak hanya sekadar berjanji, tetapi benar-benar turun tangan memberikan bantuan kepada petani.

Menurutnya, sedikit bantuan saja dapat menjadi napas baru bagi mereka untuk bertahan.

“Kalau ada sedikit saja bantuan, mungkin kami masih bisa bertahan. Tapi kalau tidak ada, jalan satu-satunya ya terpaksa meninggalkan sawah dan cari kerja lain. Itu yang paling saya takutkan,” tutur Herman penuh kekhawatiran.

Kepala Desa Duhiadaa, Nawir Makuta, membenarkan kondisi sulit yang dialami warganya.

Ia menegaskan bahwa para petani kini benar-benar berada di ujung tanduk karena modal habis, hutang menumpuk, dan tidak ada lagi yang mau memberikan pinjaman.

“Kasihan petani, modalnya sudah tidak ada lagi. Untuk membiayai pengolahan tanah dan membeli pupuk pun mereka kesulitan. Pengusaha gilingan juga tidak mau lagi memberikan pinjaman karena hutang lama belum terbayar,” jelas Nawir kepada Zonaaktual.id, Rabu (17/9/2025).

Ia menambahkan, permasalahan petani tak bisa dilepaskan dari kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh aktivitas PETI.

Air yang keruh dan berlumpur bukan hanya menghambat pertanian, tetapi juga mengancam keberlangsungan hidup masyarakat luas.

“Air ini sama sekali tidak bisa dipakai untuk sawah. Sudah penuh lumpur, mustahil petani bisa menanam dengan kondisi seperti ini,” tegas Nawir.

Menurutnya, persoalan ini bukan sekadar gagal panen, tetapi sudah masuk pada krisis ekonomi masyarakat desa.

Jika lahan sawah tidak dapat difungsikan lagi, maka penghasilan utama warga akan lenyap, sementara cicilan hutang tetap berjalan.

“Kalau petani berhenti menanam, maka mereka tidak punya penghasilan sama sekali. Sementara cicilan hutang terus menunggu. Ini bisa memicu masalah sosial baru di masyarakat,” ungkap Nawir.

Ia menegaskan, harapan petani sejatinya sederhana.

Mereka hanya ingin ada solusi nyata dari pemerintah agar air kembali bersih dan sawah bisa kembali ditanami.

Jika kondisi ini terus dibiarkan, dampaknya bisa meluas hingga mengancam ketahanan pangan Pohuwato.

“Kalau begini terus, petani bisa berhenti menanam semua, dan itu akan berbahaya bagi ketahanan pangan Pohuwato,” pungkas Nawir.

Follow WhatsApp Channel zonaaktual.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Kadis Pertanian Pohuwato Soroti PETI, Petani Duhiadaa Terancam Bangkrut
Empat Musim Tanam, Empat Kali Gagal: Jeritan Petani Pohuwato Membahana
Bentrok Kepentingan di Saripi: Polres Boalemo Tertibkan Tambang Emas Ilegal, Penambang dan Pabrik Gula Saling Klaim Tanah Warisan
Polres Boalemo Tertibkan Tambang Emas Ilegal di Sambati, 10 Kamp Dibakar, Ekskavator Rusak Jadi Bukti
Kapolres Boalemo Bantah Lakukan Kekerasan: “Saya Hanya Bela Anggota yang Jalankan Tugas”
Gerak Cepat Polres Boalemo Bongkar Tambang Ilegal di Pinggir Sungai Saripi
Kapolres Boalemo Diterpa Tuduhan dan Tekanan Oknum Tambang Ilegal: Tegas Jalankan Hukum, Siap Dievaluasi
Bawa Alat Berat untuk PETI, Marten Ngamuk di Polres Boalemo Usai Ditertibkan

Berita Terkait

Senin, 29 September 2025 - 11:43 WITA

Kadis Pertanian Pohuwato Soroti PETI, Petani Duhiadaa Terancam Bangkrut

Selasa, 23 September 2025 - 19:15 WITA

Empat Musim Tanam, Empat Kali Gagal: Jeritan Petani Pohuwato Membahana

Kamis, 18 September 2025 - 00:49 WITA

Akibat PETI, Petani Duhiadaa Pohuwato Kehilangan Harapan: Sawah Rusak, Utang Menumpuk

Selasa, 29 Juli 2025 - 21:29 WITA

Bentrok Kepentingan di Saripi: Polres Boalemo Tertibkan Tambang Emas Ilegal, Penambang dan Pabrik Gula Saling Klaim Tanah Warisan

Kamis, 5 Juni 2025 - 20:24 WITA

Polres Boalemo Tertibkan Tambang Emas Ilegal di Sambati, 10 Kamp Dibakar, Ekskavator Rusak Jadi Bukti

ZONA UPDATE

Foto : Mikson Yapanto Anggota DPRD Provinsi Gorontalo

DPRD Provinsi Gorontalo

Mikson Yapanto: Bambu Petung Wujud Kepedulian Boalemo terhadap Lingkungan

Kamis, 30 Okt 2025 - 14:49 WITA

Foto : Rachmat Gobel Resmikan Jalan Lingkar Wonggahu–Tangkobu di Boalemo

Bone Bolango

Rachmat Gobel Resmikan Jalan Lingkar Wonggahu–Tangkobu di Boalemo

Kamis, 30 Okt 2025 - 13:53 WITA